Bahasa merupakan elemen terpenting dalam komunikasi. Karena beragamnya bangsa maka bahasanya pun berbeda pula. Setiap elemen masyarakat juga memiliki bahasa atau istilah tersendiri di kalangan mereka yang secara sadar atau tidak, bahasa atau istilah itu mereka sepakati demi terciptanya keselarasan pandang.
Dalam bidang kedokteran juga memilki sejarah yang unik tentang
pengistilahan (terminologi) yang mereka gunakan dari masa ke masa.
Dimulai dari ilmu kedokteran tertua di dunia yaitu kedokteran China yang
terkenal dengan prinsip Ba Gang/ 8 dasar (yin-yang, panas-dingin,
luar-dalam, kuat-lemah) dan Wu Xing/5 unsur (kayu, api, tanah, logam,
dan air), kemudian ada kedokteran Yunani kuno dengan teori pembagian 4
unsur humoral tubuh oleh Galenius yaitu darah, empedu kuning, empedu
hitam, dan lendir. Di Timur-Tengah ada Ibnu Sina dengan teori 4 unsurnya
(tanah, udara, air, dan api) dan klasifikasi sifat penyakit berdasarkan
sifat dasar alam yaitu panas, dingin, lembab, kering juga gabungan
diantara sifat dasar itu yaitu panas-lembab, panas-kering,
dingin-lembab, dingin-kering. juga berbagai kedokteran lainnya yang
memiliki pengistilahan sendiri seperti Ayurveda dari India, Hang Bang
dari Korea atau yang lebih dikenal dengan KOM (Korean Oriental
Medicine), dan lainnya.
Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China
Istilah yang Digunakan Rasulullah Dalam Pengklasifikasian Unsur Makanan
Rasulullah juga menerapkan bahasa/istilah tersendiri
dalam mengklasifikasikan sesuatu, misalkan pengklasifikasian makanan dan
pengobatan. Dalam shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari
Abdullah bin Ja’far, diriwayatkan bahwa ia menceritakan: aku pernah
melihat Rasulullah menyantap timun dengan kurma masak. Juga hadist
yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Nabi bahwa
beliau pernah makan semangka dicampur dengan kurma muda yang sudah
masak, beliau bersabda,”Panas di buah ini dinetralisir oleh unsur dingin
di buah ini. Ada
2 kata sebagai kata kuncinya. “panas” dan “dingin”. Kedua kata tersebut
adalah anonim/lawan kata yang sifatnya beranti-pati. Panas dan dingin
merupakan hukum alam, di mana jika unsur panas lebih dominan daripada
unsur dingin atau unsur dingin lebih dominan dari pada unsur panas maka
akan terjadi ketidakseimbangan, jika ketidakseimbangan itu terjadi pada
tubuh, maka tubuh akan sakit. Jika unsur panas dan dingin seimbang, maka
tubuh akan sehat. Itulah yang diterapkan oleh Rasulullah dalam
mengatur pola makan. Walau jenis makanan yang dikonsumsi beragam, beliau
juga memperhatikan keseimbangan unsur atau kadar gizi makanannya. Maka
tidak heran jika Rasulullah jarang sekali sakit. Dalam hadist lain,
diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dalam sunan-nya dari hadist
Asma’ binti Umais bahwa ia menceritakan: Rasulullah pernah bertanya
kepanya, “Obat apa yang engkau gunakan sehingga engkau bisa berjalan
lagi?” Asma menjawab, “Kacang kedelai.” Beliau berkata, “Itu kacang yang
panas sifatnya.” Mari kita tela’ah bersama mengapa sakit yang diderita
Asma binti Umais bisa sembuh dengan kacang kedelai yang memilki sifat
panas. Tidak diragukan lagi bahwa penyakit yang mengakibatkan Asma binti
Umais tidak bisa berjalan adalah bersifat “dingin”, sehingga Allah mempertemukan obatnya berupa kacang kedelai yang memilki sifat anti-pati
dari penyakit itu. Wallahu a’lam bishawab.
Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China
Istilah yang Digunakan Rasulullah dan Para Ulama Ahli Kedokteran
Nabi (thibbun nabawi) Dalam Pengklasifikasian Prinsip Pengobatan
Diriwayatkan dalam kitab Shahih AL-Bukhari da Muslim, dari Nafi, dari
Ibnu Umar bahwa Nabi pernah bersabda, “Sesungguhnya demam itu atau
demam yang berat itu berasal dari uap api jahannam. Maka dinginkanlah
dengan air”. Api dan air merupakan fenomena alam yang saling
terbalik/anti-pati. Api itu panas sedangkan air itu dingin, api
membumbung ke atas sedangkan air berjalan ke bawah. Contoh lainnya
adalah hadist dari Anas radhiallahu anhu, ia berkata,“Rasulullah SAW
bersabda: jika terjadi panas memuncak, maka netralisirkanlah dengan bekam
sehingga tidak terjadi darah yang berlebih pada seorang diantara kalian
yang akan membunuhnya” (HR. Al Hakim). Isyarat yang terkandung dari
hadist di atas, bahwa panas yang terjadi karena darah berlebih harus di
dinginkan dengan pembekaman. Mengingat salah satu fungsi darah adalah
memanaskan tubuh, jika berlebih akan memuncak/ menimbulkan penyakit, jadi
harus mengurangi yang berlebih. maka terciptalah suatu kaidah prinsip
terapi berdasarkan anti-pati dari sifat penyakitnya yaitu jika panas
harus didinginkan dan jika dingin harus dipanaskan, jika
berlebih (ekses) harus dikurangi (sedasi) dan jika kekurangan (defisien)
harus ditambah (tonifikasi). Hal tersebut merupakan aplikasi
bahasa/istilah/terminologi yang juga di terapkan oleh para pakar thibbun
nabawi terkemuka seperti Ibnul Qoyyim Al Jauziyah, Ibnu Sina, Adz-dzahabi, dan lainnya.
Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China
Istilah Dalam Kedokteran Tradisional China yang Selaras dengan Thibbun Nabawi
Pembahasan berikut ini adalah istilah dalam kedokteran China yang
berbeda secara bahasa, namun sama maksud, tujuan,dan cara pandangnya.
Misteri Kesamaan Kedokteran Nabi dan Tradisional China dalam Ba Gang
Ba Gang merupakan 8 dasar diagnosa, yang terdiri dari Yin-Yang;
panas-dingin; ekses-defisien; luar-dalam. Dasar-dasar tersebut selaras
dengan penerapan klasifikasi unsur pada thibbun nabawi, dimana kaidah
prinsip terapi yang digunakan adalah anti-pati dari sifat
penyakit.
Dalam Huang Di Neijing dijelaskan bahwa seseorang yang berobat ketika
sakit datang, sama halnya dengan membuat pedang ketika musuh menyerang
atau menggali sumur ketika haus. Dari pernyataan tersebut dapat kita
pahami pentingnya pencegahan penyakit. Sama dengan Thibbun nabawi,
ketika kita memperhatikan pola hidup Rasulullah dalam menjaga pola
makannya. Terlebih ketika Rasulullah menerapkan system karantina
terhadap suatu daerah yang terserang wabah pes, Nabi bersabda,”Apabila terjadi wabah pes disuatu negeri sementara kalian
berada di dalam negeri tersebut, janganlah kalian keluar. Bila wabah itu
terjadi disuatu negeri sementara kalian berada di luar negeri tersebut,
jangan kalian memasukinya.” Itu merupakan upaya preventif agar penyakit
tidak menyebar lebih luas lagi.
Kedokteran China juga menyebutkan tentang pola makan yang baik.
Hendaknya ketika makan, kadar kekenyangan maksimal harus 70%. Berarti
ada 30% rongga lambung yang tidak terisi makanan dan air, atau bisa
dikatakan tidak boleh makan sampai kenyang. Sama halnya dengan petunjuk
Rasulullah tentang adab makan. Nabi bersabda,”tidak ada bencana
yang lebih buruk yang diisi oleh manusia daripada perutnya sendiri.
Cukuplah sesorang itu mengkonsumsi beberapa suap makanan yang dapat
menegakkan tulang punggungnya. Kalau terpaksa, maka ia bisa mengisi 1/3
perutnya dengan makanan, 1/3 untuk minuman, dan 1/3 sisanya untuk
nafasnya” (shahih At-Tirmidzi). Berarti ada 1/3 rongga lambung yang
kosong. Jika diprosentase. 1/3 dari 3/3 adalah 33,3% bagian rongga
lambung yang kosong menurut pandangan thibbun nabawi, sedangkan menurut
pandangan kedokteran China 30% bagian rongga lambung yang kosong.
Anjuran di dalam kedokteran China, hendaknya kita tidur lebih awal,
terutama pada 23.00 – 01.00. karena pada saat itu Yang-Qi (energi Yang)
sedang memasuki tubuh. Dalam arti lain, malam hari adalah waktu untuk
organ tubuh istirahat yang seharusnya terhindar dari aktivitas berat,
sehingga dengan tidur regenersi sel akan berlangsung dengan baik.
Sedangkan dalam islam, dianjurkan untuk tidur malam lebih awal agar
lebih mudah bangun tengah malam untuk sholat. Intinya, kedokteran China
dan thibbun nabawi sama-sama tidak menganjurkan begadang, apalagi yang
tidak ada manfaat sama sekali.
Prinsip dan teknik terapi berdasarkan anti-pati dari sifat penyakit
sudah dibahas sebelumnya. Namun juga ada teknik terapi yang sama
diantara keduanya, misalkan teknik memuntahkan, teknik mengeringatkan
untuk mengeluarkan patogen, herbal, dan bekam.
HIKMAH
Berdasarkan sejarah, negeri China adalah yang paling
awal mengembangkan pengobatan, yaitu 5000 tahun sebelum masehi. Sangat
pantas kalau mereka lebih maju dan lebih sistematis dalam tatanan
standarisasi kedokteran, karena mereka telah melakukan percobaan selama
ribuan tahun. Jika dibanding dengan metode pengobatan Nabi yang
kemunculannya lebih baru dan tidak ada standarisasi diagnosa yang
sistematis layaknya kedokteran China. Namun, metode pengobatan nabi sangat amat jauh lebih mulia dari
metode pengobatan apapun, karena metode tersebut turun berdasarkan wahyu
dari dzat yang Maha Mulia. Tanpa menghabiskan banyak waktu dan tenaga
selama ribuan tahun untuk mencari metode pengbatan tertentu yang sesuai.
Sebagai contoh, butuh waktu yang lama untuk menemukan resep
titik akupunktur pada tubuh sebagai media pengobatan. Namun, tidak diperlukan waktu yang
lama bagi Allah untuk
mewahyukan resep titik bekam kepada Muhammad melalui malaikat
Jibril.
APA YANG HARUS KITA LAKUKAN DALAM HAL INI?
Tugas kita sebagai seorang muslim, adalah menjaga sunnah-sunnah
Rasulullah, termasuk metode pengobatan yang dianjurkan beliau dengan
berlandaskan ilmu, bukan berdasarkan ketaqlid’an buta. Jika kita tidak
menjaganya dengan berlandaskan ilmu, maka akan menghancurkan thibbun
nabawi itu sendiri. Rasulullah telah mengingatkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud, An-nasa’i, dan
Ibnu Majah dari hadist Amru bin Syuaib, dari ayhnya, dari kakeknya bahwa
Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang melakukan tugas medis,
sementara sebelumnya ia belum mempelajari ilmu pengobatan, maka ia
bertanggung jawab (terhadap hasinya).” Salah satu cara menjaganya adalah
dengan melindunginya dari praktik-praktik yang bisa menimbulkan
kemudharatan, sehingga menjadi faktor penghambat dakwah metode
pengobatan Nabi. Dengan segala keterbatasan ilmu yang dimilki
manusia, tidak ada salahnya kita mensinergikan dengan ilmu pengobatan
lain, yang bertujuan agar thibbun nabawi menjadi lebih baik. Tentunya
kita harus selalu berdoa mohon petunjuk kepada Allah agar dihindarkan
dari hal-hal buruk ketika berijtihad. Berasal dari manapun ilmu
pengobatan yang disinergikan dengan thibbun nabawi tidak akan menjadi
masalah selama kita bisa mengambil manfaatnya saja dan meninggalkan
mudharatnya, tentunya dengan rambu-rambu syari’at yang menghindarkan
kita dari unsur yang dapat merusak aqidah seperti unsur-unsur kurofat,
tahayul, dan kesyirikan.
Kedokteran China sangat memungkinkan untuk disinergikan mengingat banyak
sekali prinsip-prinsip yang selaras dan metode diagnosa yang
sistematis, juga titik akupuktur yang bisa dimanfaatkan sebagai titik
tambahan dalam terapi bekam. Kedokteran modern juga layak disinergikan,
salah satunya adalah standarisasi sterilisasinya yang lebih bagus dan
tata laksana yang lebih aman dan dapat dipertanggung jawabkan. Seiring
dengan berkembangnya ilmu kedokteran, tidak menutup kemungkinan, ada
poin-poin tertentu dari metode kedokteran lainnya yang bisa disinergikan
dengan thibbun nabawi.
Wallahu a’lam bishawab.
0 komentar:
Posting Komentar